FENOMENA PORANG LOMBOK UTARA, POTENSIALKAH??




Belakangan ini fenomena porang seolah menghiasi kehidupan masyarakat terutama di Kabupaten Lombok Utara. Banyak masyarakat terutama tertarik untuk menanam tanaman yang bernama porang. Fenomena ini serasa sangat baru di KLU. Pasalnya sebelum fenomena porang ini muncul, masyarakat KLU yang kesehariannya sebagai petani lebih tertarik untuk menanam tanaman-tanaman pokok seperti padi, jagung, kacang-kacangan dan lainnya. Hanya sedikit dari masyarakat yang menekuni bertani porang ini sebelumnya. 

Disisi lain, media sosial memiliki peran yang sangat kompleks terkait dengan fenomena porang ini. Menurut info yang kami dapatkan, asal mula masyarakat tertarik menanam porang karena menonton berita bahwa ada seorang pemulung yang mendadak kaya karena bertani porang. Bos porang itupun sempat hangat dimedia sosial sampai-sampai ia diundang untuk menghadiri acara talkshow TV Nasional. Sedangkan di KLU sendiri, menurut pantauan kami ada begitu banyak postingan yang membahas tentang porang. Hal ini membuktikan tingginya animo masyarakat dalam membudidayakan porang ini.

Mengenal porang 

Dilansir dari situs Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Porang atau dikenal juga dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Umbi porang ini banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan sendiri merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental. Selain itu, glucomannan juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang. Umbi porang memiliki berbagai macam manfaat diantaranya ialah untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan "jelly" yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.

Peluang bertani porang

Selain tergolong sebagai tanaman yang sangat mudah untuk dibudidayakan, porang juga menyimpan nilai ekonomis yang tinggi. Dalam situs Kementrian Pertanian Republik Indonesia menyebutkan bahwa tanaman porang sangat potensial untuk dibudidayakan. Porang telah diekspor ke empat negera pada 2018 yaitu Jepang, Vietnam, Australia, dan Tiongkok. Tidak tanggung-tanggung, nilai ekspor tahun lalu mencapai Rp 11,31 Miliar untuk 254 ton. Sementara itu, dari segi penanaman dan luas lahan, diperkirakan 1 hektar lahan bisa menampung hingga 6.000 bibit porang. Dengan demikian, jika satu umbi porang memiliki bobot 4 Kg, maka 1 hektar lahan bisa menghasilkan 24 ton porang. Oleh karena itu, jika 1 kg porang harganya 5000 saja, maka 1 hektar porang bernilai 120 juta an. 

Melihat gambaran peluang dan angka yang fantastis di atas, bisa kita simpulkan bahwa porang memang sangat berpotensi untuk dibudidayakan. Untuk mengoptimalkan efektivitas dari fenomena porang ini, masyarakat tidak boleh dilepaskan berjalan dengan sendirinya. Pemerintah dan berbagai stakeholder lainnya harus membantu masyarakat dalam berbagai sektor terkait dengan pengembangan dan pembudidayaan porang ini. Beberapa hal yang kami rasa urgent agi masyarakat ialah pelatihan tentang tata cara pebudidayaan, pelatihan pengolahan, hingga kepada penjaminan akan penjualan. Akhir kata, kami berharap semoga dengan adanya fenomena porang ini bisa menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas ekonomi dari para petani di KLU.

No comments:

Post a Comment