MEDIA SOSIAL MENGANCAM GENERASI MUDA

Ku awali tulisan ini dengan beberapa pertanyaan,
1. Dalam sehari, berapa persen waktu anda yang digunakan untuk bersosial media??
2. Hal positif apa yang anda raih selama bersosial media??
3. Jika dibandingkan plus minusnya, manakah yang dominan di hidup anda??
4. Mari berfikir ulang, sebenarnya hidup ini memang butuh medsos nggak sih???




Teman-teman pada tulisan ini aku akan lebih spesifik ke dampak negatifnya sosial media. Disamping begitu banyaknya potensi yang hadir karena sosial media saat ini, banyak pula ancaman-ancaman negatif dibaliknya. Yah, sosial media saat ini ibarat sebuah pisau yang fungsinya tergantung dari bagaimana kita menggunakannya. Sebuah pisau akan jadi berfaedah jika digunakan untuk membuat sayur dan sejenisnya didapur. Akan tetapi,akan sangat mengerikan jika digunakan untuk menusuk orang, mengancam, dan lainnya. 

Begitupun dengan sosial media, dengan hadirnya ribuan bahkan jutaan informasi setiap harinya, sikap dan prilaku kita menjadi penentu akan dampaknya.
Salah satu hal yang nyata dalam hal ini adalah bagaimana sosial media menghadirkan rasa kekurangan pada diri kita karena melihat beragam hal baru yang ada di dunia sosmed. Hal ini menjadikan kita pribadi yang selalu berkeinginan dan menjadi kurang bersyukur terhadap apa yang kita miliki saat ini. Dan jika sudah demikian, kita menjadi pribadi yang cendrung tidak tenang dalam  menjalani kehidupan berkeluarga dan bersosial.


Selain itu, dampak lain yang aku rasa sangat berbahaya di era ini adalah fear of missing out, suatu kondisi dimana kita merasa tidak ingin ketinggalan terhadap beragam hal viral di sosial media. Akan menjadi bagus jika yang viral itu adalah positif, akan tetapi jika yang viral adalah yang negatif bagaimana??? Betapa banyak anak-anak dan generasi kita yang terobsesi menjadi trending dan meniru hal2 negatif yang ada di medsos ini. 


Jika dibiarkan fenomena semacam diatas, tentu akan sangat berpotensi mengancam dan menghilangkan ragam potensi generasi sebagai pejuang keluarga, bangsa dan negara. Karena itulah mau tidak mau, kita harus berupaya maksimal dalam menghadirkan upaya preventif bagi generasi kita. 


1. Parent controlling
Jika melihat realita yang ada, ada begitu banyak anak belia yang sangat dekat dengan gadget di era ini. Hal ini menjadikan mereka lebih dahulu mendapatkan informasi destruktif yang ada pada ragam medsos saat ini. Hal semacam ini tentu kurang baik bagi mereka yang seyogyanya butuh suntikan pendidikan utama dari orang tuanya. Jika memang diberikan gadget dan lainnya, orang tua harus mampu mengontrol asupan informasi media, penggunaan waktu, dan lainnya. Dalam sudut pandangku, orang tua yang sayang anaknya bukan membelikan anaknya apa yang diinginkannya, tetapi berupaya maksimal untuk menjadikannya menjadi generasi yang patut diandalkan. Jika kita memberikan anak gadget sedini mungkin, maka mungkin kita telah salah dan bisa jadi kita membunuh beragam potensinya.


2.self controll
Bagi  yang menjadi remaja dan sudah menginjak dewasa, self control menjadi salah satu kunci bertahan. Kalangan ini harus mampu menghadirkan suatu filter dalam dirinya yang akan mengontrol bagaimana ia berbuat atas segala informasi di media sosial yang ada. Cita dan impian, kewajiban, bahkan ilmu agama dan lainnya dapat dijadikan rujukan sebagai bentuk filter kita di era ini. Jika kita mampu menghadirkan self control ini, maka kitalah yang mengatur bagaimana media sosial berpengaruh bagi hidup kita. Bukan sebaliknya, media sosial yang mengatur kemana arah hidup kita. Sebagai generasi yang berfikir, kalian pilih mana???

#inspirecreativaid #createandinspire_id #creativemultiplepost #madewithstories  #instagrammagazine #minimalist #mainsimple #asikinfeedsmu #manstyle  #indolifestyle #garagarainstagram #whp #minimalism #fromwhatisee #fromwhereistand #becekgram #playwithshadow

No comments:

Post a Comment